Sabtu, 24 April 2021

Manajemen Kelas

 Manajemen Kelas

Pengertian Manajemen Kelas

Manajemen kelas terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Manajemen berasal dari kata bahasa inggris yaitu management. Manajemen merupakan rangkaian usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dalam kelas tersebut, guru berperan sebagi manajer utama dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan melaksanakan pengawasan atau supervisi kelas. Sedangkan kelas dalam perspektif pendidikan  dapat dipahami sebagai sekelompok peserta didik yang berada pada waktu yang sama, serta bersumber dari guru yang sama. Manajemen kelas juga merupakan usaha sadar untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, serta melaksanakan pengawasan atau supervisi terhadap program dan kegiatan yang ada di kelas sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara sistematis, efektif, dan efisien. Berbagai jenis kelas yang dapat diamati oleh guru adalah kelas yang gaduh namun negatif, kelas yang gaduh namun positif, kelas yang tenang dan disiplin, dan kelas yang alamiah. 

Arikunto menjelaskan pengertian kelas sebagai sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Dan yang dimaksud dengan kelas, bukan hanya kelas yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding tempat para siswa berkumpul bersama untuk mempelajari segala yang disajikan oleh pengajar, tetapi lebih dari itu kelas merupakan suatu unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses pembelajaran dengan beragam keunikan yang dimiliki. Sedangkan kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik, dan pandangan dari segi siswa. Disamping itu, Hadari Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yaitu:

Kelas dalam arti sempit : ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran. Kelas dalam pengertian tradisional ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.

Kelas dalam arti luas : suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan. Secara sederhana, kelas dapat diartikan sebagai unit kerja terkecil di sekolah yang digunakan sebagai tempat untuk kegiatan pembelajaran. Pembagian kelas sebagai sebuah unit biasanya ditentukan oleh jenjang usia peserta didik.4



Fungsi-fungsi Manajemen dalam Kelas

1) Fungsi Perencanaan Kelas

Perencanakan adalah proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mencapainya sehingga harus membuat suatu target yang ingin dicapai atau diaraih di masa depan. 

2) Fungsi Pengorganisasian Kelas

Dalam manajemen atau pengelolaan kelas, ada pengorganisasian yang meliputi: Organisasi intra dan ekstra kelas, organisasi kegiatan belajar-mengajar, organisasi personil siswa dan organisasi fasilitas fisik kelas.

3) Fungsi Kepemimpinan Kelas

Kepemimpinan efektif di ruang kelas merupakan bagian dari tanggung jawab guru di dalam kelas. Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan pemimpin. 

4) Fungsi Pengendalian Kelas

Pengendalian merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Proses pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen, yaitu menetapkan standar penampilan kelas, menyediakan alat ukur standar penampilaan kelas, membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah ditetapkan di kelas, serta mengambil tindakan korektif saat terdeteksi penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan tujuan kelas.

Tujuan manajemen kelas

Sebagai pengelolaan kelas guru atau wali kelas dituntuk mengelolan kelas sebagai lingkungan belajar siswa. Juga sebagai bagian dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Karena tugas guru yang utama adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi pembelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, guru dan wali kelas dituntut memiliki kemampuan yang inovatif dalam mengelola kelas.

Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat tercipta kondisi kelompok belajar yang proporsional terdiri dari lingkungan kelas yang baik yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta tersedia kesempatan yang memungkinkan untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan dengan guru, sehingga siswa mampu melakukan self activity dan self control secara bertahap, tetapi pasti menuju taraf yang lebih dewasa.

Secara umum yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan sudirman adalah penyedian fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap apresias para siswa.

Secara khusus yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan Usman adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar dan bekerja, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Implementasi Manajemen Kelas

Peningkatan mutu pendidikan sekolah perlu di dukung dengan kemampuan mengelola dan manajemen kelas. Sekolah ataupun kelas harus ada perkembangan. Oleh karena itu, perlu adanya hubungan baik guru dengan murid agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Selain itu, kelas harus diatur agar menjadi lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, kedisiplinan, dan semangat belajar siswa. Dengan alasan inilah perlu adanya implementasi manajemen kelas.

Untuk mengimplementasikan manajemen kelas secara efektif dan efisien, guru harus memiliki pengetahuan dan pandangan luas tentang mengelola kelas. Selain itu, guru di tuntut untuk melakukan fungsinya sebagai guru dalam meningkatkan proses pembelajaran, dengan manajemen kelas, membina, dan memberikan saran positif kepada siswa. Selain itu, guru juga harus melakukan tukar fikiran kepada siswanya. Seorang guru harus mengimplementasikan manajemen kelas dengan baik. Sebelum pembelajaran dimulai, guru harus mempersiapkan semua yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan proses pembelajaran adalah:

a. Perencanaan

b. Pengorganisasian

c. Pengarahan

d. Pengawasan

4. Pendekatan Manajemen Kelas

Dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran, seorang guru harus memahami dan dapat memilih pendekatan yang tepat dalam mengelola kelas, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Berkaitan dengan itu, ada beberapa pendekatan pengelolaan kelas, yaitu:

a. Pendekatan Perubahan Perilaku (Behavior Modification Approach)

Dalam pendekatan perilaku ini dapat dikemukakan bahwa mengabaikan perilaku siswa yang tidak diinginkan dan menunjukan persetujuan atas perilaku yang diinginkan adalah amat efektif dalam menumbuhkan perilaku yang baik bagi para siswa di kelas, sedangkan menunjukkan persetujuan atas perilaku siswa yang baik merupakan kunci pengelolaan kelas yang efektif.

b. Pendekatan Iklim Sosioemosional (Socio Emotional Climate Apparoach)

Menurut Rogers Wiliam Glasser Rogers bahwa pengajar perlu bersifat tulus terhadap siswanya, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, serta memahami siswa dari sudut siswa itu sendiri, sedangkan Glasser lebih menekankan pada pentingnya pengajar membina rasa tanggung jawab dan harga diri siswa. Adapun Rudolf Dreikurs menekankan pentingnya proses suasana dalam kelas yang demokratis.

c. Pendekatan Proses Kelompok (Group Processes Approach)

Menurut R.A. Schmuck dan P.A Schmuck bahwa terdapat enam unsure yang berkaitan dengan pengelolaan kelas. Unsur-unsur yang dimaksud adalah harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi, dan keeratan hubungan. Johnson dan Bany mengemukakan dua jenis pengelolaan kelas yang penting adalah kemudahan dan pemeliharaan. Dari pendekatan tersebut, perlu difahami dan dikuasai oleh guru dalam rangka mengadakan pengelolaan kelas secara baik. Pendekatan tersebut dalam realisasinya perlu digabungkan dalam pelaksanaannya dengan mempertimbangkan kondisi kelas, karakteristik siswa, materi pembelajaran yang akan diajarkan.

Pendekatan dalam Manajemen Kelas

Terdapat beberapa pendekatan dalam manajemen kelas yaitu:

Pendekatan Kekuasaan

Pendekatan kekuasaan dalam manajemen kelas dapat dipahami sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku peserta didik di dalam kelas. Peran guru disini adalah untuk menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.

Pendekatan Ancaman

Pendekatan ancaman dalam manajemen kelas merupakan salah satu pendekatan untuk mengontrol perilaku peserta didik di dalam kelas. Pendekatan ancaman di dalam kelas dapat di implementasikan melalui papan larangan, sindiran saat belajar, dan paksaan kepada peserta didik yang membantah, silabus.web.id yang semuanya ditujukan agar peserta didik mengikuti apa yang diinstruksikan oleh guru. Namun, ancaman disini tidak sepatutnya dilakukan sesering mungkin dan hanya diterapkan manakala kondisi sudah benar-benar tidak dapat dikendalikan.

Pendekatan Kebebasan\

Pendekatan kebebasan dalam manajemen kelas dipahami sebagai suatu proses untuk membantu peserta didik agar merasa memiliki kebebasan untuk mengajarkan sesuatu sesuai dengan apa yang ia pahami dan ia inginkan, tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat.

Pendekatan Resep

Pendekatan resep sangat cocok dilakukan oleh guru sendiri. Dalam hal ini, kita perlu mencatat beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama mengajar dikelas. Oleh sebab itu cobalah ingat kembali apa yang tidak disukai pada saat mengajar, sehingga ketidaksukaan itu dapat menyebabkan situasi kelas yang tidak efektif.

Pendekatan Pengajaran

Pendekatan pengajaran dalam manajemen kelas didasarkan atas suatu anggapan bahwa pengajaran yang baik akan mampu mencegah munculnya masalah yang disebabkan oleh peserta didik di dalam kelas. Oleh karena itu, buatlah perencanaan pengajaran yang matang sebelum kita masuk kelas dan patuhilah tahapan-tahapan yang sudah kita buat sebelumnya.

Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pendekatan perubahan tingkah laku dalam manajemen kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik di dalam kelas.

Pendekatan Sosio-Emosional

Sebuah kelas dapat dikelola secara efisien selama guru mampu membina hubungan yang baik dengan siswa-siswanya. Pendekatan yang berdasarkan kepada terjalinnya hubungan yang baik antara guru dan siswa ini disebut dengan pendekatan sosio-emosional.

Pendekatan Kerja Kelompok

Pendekatan kerja kelompok dengan model ini membutuhkan kemampuan guru dalam menciptakan momentum yang mendorong kelompok-kelompok di dalaam kelas menjadi kelompok yang produktif.

Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan elektis dalam manajemen kelas menekankan pada potensi, kreatifitas, dan inisiatif dari wali atau guru kelas untuk memilih berbagai pendekatan yang tepat dalam berbagai situasi yang dihadapi.


Referensi

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6463/5/BAB%20II.pdf

Sabtu, 17 April 2021

Manajemen Sekolah

Manajemen Sekolah

Pengertian Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah adalah suatu usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan belajar-mengajar yang optimal. Manajemen sekolah perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, guru-guru serta masyarakat setempat, untuk itu perlu dipahami fungsi-fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan. Kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi harus memiliki sifat profesional. Pemahaman terhadap sifat profesional tersebut sangat penting agar peningkatan efisiensi, mutu dan pemerataan serta supervisi dan monitoring yang direncanakan disekolah betul-betul untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan kerangka kebijakan pemerintah dan tujuan sekolah. Manajemen sekolah sebagai proses pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan mutu dan kemandirian sekolah. Dengan manajemen sekolah diharapkan kepala sekolah, guru dan personil lain disekolah serta masyarakat setempat dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan zaman, karakteristik lingkungan dan tuntutan global. Untuk keberhasilan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin, administrator dan supervisor, haruslah mampu menerapkan sifat-sifat kepemimpinan terhadap stafnya, sebagaimana firman Allah SWT:

“Maka karena rahmat dari Allah engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Maka maafkanlah mereka dan mohon ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam sesuatu urusan. Maka apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal”. (QS. Ali Imran:159).

Efektivitas, efisiensi dan produktivitas manajemen sekolah harus sejak awal ditetapkan agar dapat diketahui dampaknya sejak dini terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, khususnya dalam merealisasikan berbagai program sekolah.  Efektivitas manajemen sekolah berarti bagaimana manajemen sekolah berhasil melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi aktif masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana dan sumber belajar untuk mewujudkan tujuan sekolah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT bahwa orang yang berilmu dan tidak berilmu itu berbeda dalam pandangan Islam : (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya. Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar: 9)

Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini terdapat dua istilah yang perlu diperhatikan, yaitu validasi dan evaluasi. Berkaitan dengan evaluasi, sebagai kata kedua yang penting dalam membicarakan efektivitas bahwa: evaluasi dapat digunakan  tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan.

Tujuan Manajemen Sekolah

Tujuan manajemen sekolah menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah :

Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolah.

Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.

Manajemen sekolah bertujuan untuk memberdayakan sekolah, terutama sumberdaya manusianya, seperti kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya. Pemberdayaan sumberdaya manusia ini melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan pemberian tanggung jawab untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan.

Fungsi Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi manajemen sekolah sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas. Manajemen sekolah menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua, peserta didik, dan masyarakat yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan.


Prinsip-Prinsip Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah untuk mengelola sekolah didasarkan pada empat prinsip, yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya manusia.

Prinsip Ekuifinalitas (Principle of Equifinality)

Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan.

Prinsip Desentralisasi (Principle of Decentralization)

Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen

sekolah modern. 

Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Principle of Self-Managing System)

Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas dan prinsip desentralisasi. 

Prinsip Inisiatif Manusia (Principle of Human Initiative)

Berdasarkan perspektif ini maka manajemen sekolah bertujuan untuk

membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya.


Menurut Husaini Usman, Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan manajemen sekolah antara lain sebagai berikut:

Komitmen, kepala sekolah dan warga sekolah harus mempunyai komitmen yang kuat dalam upaya menggerakkan semua warga sekolah untuk ber manajemen sekolah.

Kesiapan, semua warga sekolah harus siap fisik dan mental untuk ber manajemen sekolah.

Keterlibatan, pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak dalam mendidik anak.

Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi pendidikan yang efektif.

Keputusan, segala keputusan sekolah dibuat oleh pihak yang benar-benar mengerti tentang pendidikan.

Kesadaran, guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu dalam pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum.

Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memiliki kemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana.

Ketahanan, perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan stakeholders sekolah.

Karakteristik Manajemen Sekolah

Karakteristik sekolah yang melaksanakan manajemen sekolah di antaranya :

1) Proses pembelajaran yang efektivitasnya tinggi

2) Kepemimpinan sekolah kuat

3) Lingkungan sekolah aman dan tertib

4) Pengelolaan tenaga kependidikan efektif

5) Memiliki budaya mutu

6) Memiliki tim kerja yang kompak, cerdas, dan dinamis

7) Memiliki kewenangan (kemandirian)

8) Partisipasi tinggi dari warga sekolah dan masyarakat

9) Memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen

10) Memiliki kemauan untuk berubah

11) Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan

12) Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan

13) Memiliki komunikasi yang baik

14) Memiliki akuntabilitas

15) Memiliki kemampuan menjaga keberlanjutan

Perencanaan Peningkatan Kinerja Sekolah 

Pelibatan Komunitas Sekolah Dalam Perencanaan

Perencanaan harus memenuhi pandangan global, bukan kesinambungan yang sempit, pandangan yang memusatkan pada sebagian kecil orang. Satu sistem pendekatan dapat berarti kemampuan menunjukkan arti identifikasi, dokumentasi, menyeleksi masalah, menentukan cara pemecahan dari pilihan-pilihan yang mungkin, dan

melakukan evaluasi. Dalam perencanaan harus jelas serial kegiatan, seperti identifikasi, pembatasan, seleksi, dan prioritas kebutuhan atau disebut dengan analisis kebutuhan.

Tahap Perencanaan Peningkatan Kinerja Sekolah

Perencanaan sekolah merupakan penggambaran masa depan dari sosok

institusi sekolah yang dikehendaki oleh warganya.

Langkah Kerja Peningkatan Mutu Sekolah

Me-review arah strategis kebijakan pendidikan dan agenda perbaikan pendidikan pada umumnya.

Menelaah dan meyempurnakan kembali statement tentang visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah.

Melakukan evaluasi diri (self-assessment) dan analisis SWOT untuk menentukan posisi sekolah.

Mengidentifikasi kebutuhan dan/atau peluang peningkatan.

Perumusan strategi dan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut.

Melakukan kegiatan monitor dan evaluasi untuk mengukur perkembangan secara periodik dari implementasi program.

Melakukan analisis data, mengumumkan, dan menyampaikan laporan kemajuan itu kepada masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Pengorganisasian dalam Kerangka Manajemen Sekolah

Makna Organisasi Sekolah Dalam Kerangka Fungsi Manajemen Sekolah

Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin, organum, yang berarti alat, bagian, unsur, unit, anggota, atau badan. 

Tiga Pendekatan Organisasi

Organisasi sekolah dapat didekati dari tiga pendekatan. Pertama adalah

pendekatan struktural, Kedua adalah pendekatan fungsional, Ketiga adalah pendekatan struktural-fungsional.

Disekonomi, Feminisasi Organisasi, dan Budaya Sekolah 

Gejala atau kenyataan disekonomi ini disebabkan oleh:

1) Kebosanan,

2) Kelelahan,

3) Monotoni,

4) Stres,

5) Etos untuk meningkatkan produktivitas rendah,

6) Semangat untuk meningkatkan kualitas layanan buruk,

7) Tingkat pembolosan meningkat,

8) Ketidakpedulian tinggi,

9) Lupa diri,

10) Berulah buruk, serta,

11) Kemungkinan “loncat pagar”, dan lain-lain.

Karakteristik organisasi feminin di institusi persekolahan adalah sebagai berikut.

Anggota komunitas sekolah dihargai sebagai manusia individual

Komunitas sekolah tampil secara niroportunistis, hubungan yang bernilai, bukan sekedar hubungan instrumental.

Karier kepala sekolah dan guru didefinisikan sebagai bentuk layanan kepada orang lain. Kalau sejawat terpilih atau mengalami promosi, tidak lebih daripada sebuah konsekuensi logis karena prestasinya, bukan sekedar nasib baik.

Komitmen pada pertumbuhan intitusi dan komunitas.

Penciptaan komunitas sekolah yang peduli terhadap kepentingan pendidikan dan pembelajaran.

Berbagi kekuasaan sesuai dengan kewenangan, keahlian, dan keterampilan

Budaya organisasi mengandung makna sebuah sistem nilai yang secara taat asas dianut oleh komunitas sebuah organisasi tertentu yang membedakannya dengan organisasi-organisasi lain.

Reorientasi Kultur Manajemen Sekolah

Munculnya sebuah tatanan perilaku ideal dari komunitas sekolah merupakan interaksi sinergis dari perilaku yang ditampilkan oleh bagian-bagiannya. Ibaratnya, kekuatan sebuah tim kesebelasan sepak bola tidak identik dengan kumpulan kekuatan sebelas orang pemain yang di dalamnya saling menafikan, misalnya, sama-sama bersikeras ingin mencetak gol terbanyak.

Partisipasi dalam Penerapan Manajemen Sekolah

Partisipasi dan keterlibatan pihak-pihak yang berkepentingan memungkinkan lahirnya kebijakan dan keputusan yang baik. Karena itu perlu komunikasi intensif dan terbuka antara pihak-pihak berkepentingan seperti komite sekolah, Dinas Pendidikan setempat, orang tua peserta didik, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru, tenaga kependidikan, karyawan sekolah, anak didik, dan pihak lain yang berkepentingan.

Tidak ada pihak berkepentingan (stakeholders) yang dianggap superior. Semua stakeholders walau mereka Dewan Pendidikan, guru baru, atau orang tua, membawa input (pengalaman) dan kebutuhan mereka ke meja diskusi untuk mencari jalan terbaik membantu memenuhi keperluan mereka sendiri. Penerapan Manajemen Sekolah di Indonesia sejalan dengan kebijakan desentralisasi manajemen pemerintahan. Kebijakan desentralisasi ini merupakan suatu gerakan manajerial umum, baik di bidang bisnis, pemerintahan, maupun

pengelolaan pendidikan. Menyertai kebijakan Manajemen Sekolah, pelatihan keterampilan administratif bagi pihak-pihak yang berkepentingan adalah penting dalam mengimplementasikan manajemen sekolah.


Sumber

http://repository.radenintan.ac.id/144/5/Bab_II.pdf

Sabtu, 10 April 2021

KULTUR SEKOLAH


Salah satu persoalan penting dan genting dunia pendidikan kita adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Masyarakat kini semakin sadar bahwa pendidikan adalah salah satu jembatan untuk meraih kehidupan masa depan yang lebih baik, pendidikan yang bermutu menjadi kebutuhan, tuntutan dan harapan seluruh lapisan masyarakat. Berbagai usaha meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah, seperti pendidikan dan pelatihan guru, pengadaan sarana dan prasarana. Sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni: proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur sekolah.

Kultur sekolah adalah norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, sikap, harapan-harapan, dan tradisi yang ada di sekolah dan diwariskan antar generasi atau kultur sekolah juga bisa disebut dengan kebudayaan sekolah. Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat. Nilai- nilai adalah seperangkat aturan yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, atau lingkungan masyarakat, yang telah mengakar pada kebiasaan, dan simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang bisa dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai akan terlihat pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang tampak sebagai acuan suatu lingkungan sosial atau organisasi sosial. Sikap adalah segala perbuatan dan tindakan. Sekolah merupakan salah satu proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Tiap-tiap sekolah mempunyai kebudayaannya sendiri yang bersifat unik. Tiap-tiap sekolah memiliki aturan tata tertib, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, mars/hymne sekolah, pakaian seragam dan lambang-lambang yang lain yang memberikan corak khas kepada sekolah yang bersangkutan.

Kebudayaan sekolah memiliki unsur-unsur penting, yaitu lingkungan sekolah, kurikulum sekolah, pribadi-pribadi warga sekolah (siswa, guru, non teaching specialist, dan tenaga administrasi), nilai-nilai moral, sistem peraturan. Ada beberapa aspek kultur sekolah yaitu:

Aspek kultur sosial (interaksi warga) meliputi budaya memaafkan, menolong, memberi penghargaan, menegur, mengunjungi, memberi selamat, saling menghormati, dan mengucapkan salam.

Aspek budaya akademik meliputi budaya literasi, bimbingan belajar, kebiasaan bertanya atau keberanian mengemukakan pendapat, dll.

Aspek budaya mutu meliputi budaya jujur, saling percaya, kerjasama, kegemaran membaca, disiplin, bersih, berprestasi.

Aspek artifak meliputi artifak fisik seperti arsitektur bangunan, gambar dan artifak perilaku warga sekolah.

Kultur sekolah mempunyai fungsi antara lain:

Sebagai alat untuk membangun identitas (jati diri).

Kultur sekolah akan membangun keberartian lingkungan yang positif bagi warga sekolah.

Dalam membangun kultur, sekolah tidak dapat berdiri sendiri tetapi memerlukan kerjasama dengan orang tua siswa, komite sekolah dan para pemangku kepentingan lainnya. Kultur sekolah yang positif dapat memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga sekolah serta membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan bekerja keras, dan tidak mudah mengeluh.

Contoh Kultur Positif di sekolah:

Warga sekolah memiliki keyakinan hanya mereka yang belajar keras dan sungguh-sungguh yang akan memperoleh prestasi tinggi

Memegang teguh bahwa prestasi dan proses mencapainya seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan

Menjunjung tinggi nilai-nilai religius, norma sosial, etika dan moral

Menghargai prestasi siswa

Memiliki simbol-simbol yang menekankan penghargaan dan sangsi, sehingga mendorong pencapaian prestasi dan menghambat pelanggaran dan tidak memiliki prestasi

Lingkungan sekolah yang bersih, rapi, sejuk, dan aman

Contoh Kultur Negatif di sekolah:

Siswa memiliki keyakinan belajar asal-asalan apa adanya pasti naik kelas dan lulus.

Siswa ingin meraih prestasi yang setinggi-tingginya dengan segala cara untuk mencapainya, sekalipun melanggar norma dan nilai (misalnya : Nyontek, bekerja sama dalam ulangan, plagiat dalam membuat tugas, dsb.).

Siswa tidak antusias menerima tugas karena hanya akan membikin mereka harus belajar lebih banyak.

Siswa tidak khawatir dengan nilai rapor yang jelek dan hanya beberapa siswa yang selalu mengerjakan PR karena mereka yakin dengan belajar sebagaimana sekarang ini saja mereka akan naik kelas dan lulus mendapatkan ijazah. Ijazah dianggap sebagai sesuatu yang penting, tetapi tidak diperlakukan sebagai simbol ilmu yang telah dikuasai.

Siswa malas belajar dikarenakan guru yang tidak menarik, tidak antusias dalam mengajar, dan tidak menguasai materi.

Hasil karya siswa dan prestasi sekolah tidak dipajang sebagaimana mestinya yaitu sebagai suatu kebanggaan yang dapat memberikan motivasi untuk yang lainnya.

Guru sering melecehkan siswa dan tidak memperlakukan mereka sebagai anak yang dewasa melainkan memperlakukan mereka sebagai anak kecil. Oleh karena itu, sebagai balasannya siswa tidak menghargai guru.

Sekolah tidak disiplin dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan menyalahkan siswa atas prestasinya.

Kebijakan kepala sekolah bersifat pilih kasih.

Menghindari kolaborasi dan selalu ada pertentangan.

Mereka yang inovatif malah di kritik dan tidak disenangi.

Diantara warga sekolah tidak ada saling percaya dan selalu mencari kesalahan orang lain.

Banyak siswa dan guru yang terlambat datang ke sekolah.

Lingkungan sekolah yang kotor, membuang sampah tidak pada tempatnya.

Kultur positif dan kuat memiliki kekuatan dan menjadi modal dalam melakukan pendidikan yang memperhatikan dimensi kecerdasan spiritual siswa dan perbaikan kondisi-kondisi agar dapat lebih kondusif terhadap tumbuh dan berkembangnya kecerdasan tersebut. Sedangkan kultur negatif adalah budaya yang bersifat anarkis, negatif, beracun. Membangun dan melakukan perubahan kultur sekolah tidak bisa melalui ceramah, ataupun slogan. Perlu adanya membuat kesepakatan berupa regulasi (peraturan, tata tertib, dsb.) yang mengikat siswa, guru, dan seluruh warga sekolah lainnya, adanya program-program pembiasaan yang lambat laun akan menjadi budaya atau karakter, sedangkan pendekatan kultural melalui interaksi dengan menanamkan nilai-nilai, sikap dan prilaku yang diintegrasikan pada setiap mata pelajaran atau melalui kegiatan ekstra kurikuler, dan yang terpenting dengan cara pembudayaan dengan keteladanan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah.“Setiap sekolah mempunyai kultur, tapi sekolah yang sukses hanyalah sekolah yang memiliki kultur positif yang sejalan dengan visi dan misi pendidikan yang menjadi harapan dan cita-cita dari seluruh warga sekolah.

 Sekolah juga perlu melakukan evaluasi diri agar untuk menjadi dasar perencanaan untuk membangun kultur yang tepat sesuai dengan kondisi nyata. Sebagai lembaga pendidikan sekolah perlu merumuskan visi, misi,  tujuan  dan strategi. visi  adalah  cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang yang mampu memberikan inspirasi, motivasi dan kekuatan pada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan untuk mencapainya. Misi sekolah adalah segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi. Tujuan sekolah menggambarkan tingkat kualitas yang ingin dicapai dalam jangka waktu menengah. Strategi adalah cara-cara yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Visi, misi, tujuan dan strategi sekolah perlu dijadikan acuan oleh segenap warga sekolah agar menjadi daya dorong untuk melakukan setiap kegiatan dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Kultur sekolah mencerminkan budaya dan perilaku dan moral sekolah sebagai sebuah lembaga. Kultur sekolah memiliki tiga bagian yaitu:

Artifak dan Simbol-simbol, bagaimana bangunan sekolah dihias, didekorasi dan dan dirawat,

Nilai-nilai (values), bagaimana warga sekolah berperilaku dan bertindak saat melakukan pekerjaan, berinteraksi dan berkomunikasi.

Asumsi-asumsi, adalah keyakinan termasuk agama yang secara tidak disadari dan alami dimiliki oleh setiap warga sekolah.

Arah Pengembangan Kultur Sekolah:

Standar moral yang tinggi

Tanggung jawab (kerja keras dan disiplin)

Jujur

Kebersamaan dan persaudaraan

Sopan santun

Bersih dan rapi

Cinta tanah air

Positive Thinking

Optimis, keyakinan akan berhasil

Selalu mau mencoba, tidak pernah menyerah

Berpegang pada tujuan

Pengembangan kultur sekolah dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu melalui proses pembiasaan dan meningkatkan pembiasaan tersebut menjadi sebuah sistem.

Pembiasaan

Contoh cara-cara  yang bisa dilakukan sekolah dalam membentuk pembiasan adalah :

Sekolah menciptakan induk tata tertib

Induk tata tertib adalah sebuah pola pengaturan terpadu yang mengkorelasikan segala macam tata tertib yang mengatur tugas perbagian di sekolah.

Pembudayaan sopan santun

Membangun kesadaran siswa, dll.

Mengubah Pembiasaan Menjadi Sistem

Untuk bisa melestarikan pembiasaan dan mengubahnya menjadi sistem ada beberapa contoh cara yang bisa ditempuh:

Mengaplikasikan jiwa keteladanan

Jiwa keteladanan yang harus teramati adalah adalah dari orang-orang penting di sekolah seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru-guru senior. Tanpa kecuali tokoh-tokoh tersebut harus berperan aktif bagi terciptanya sistem bertingkah laku terpuji di sekolah.

Kepala sekolah harus memahami kultur sekolah yang ada sekarang ini, dan menyadari bahwa hal itu tidak lepas dari struktur dan pola kepemimpinannya. Perubahan kearah kultur  yang positif harus dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah. Kultur sekolah akan baik apabila:

kepala sekolah dapat berperan sebagai pemimpin,

mampu membangun kerjasama tim, 

belajar dari guru, staf, dan siswa, dan,

harus memahami kebiasaan yang baik untuk terus dikembangkan. Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami lingkungan sekolah. Hubungan kepala sekolah dengan warga sekolah harmonis dan kekeluargaan. Dalam menjalin hubungan dengan diadakan pertemuan rutin, merupakan salah satu usaha sekolah memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Kepala sekolah membagi tugas dengan guru, bekerjasama untuk tujuan yang sama.

Strategi kepala sekolah memberdayakan warga sekolah, dimulai dari kegiatan praKBM hingga KBM usai dibiasakan salaman pagi, diharapkan menghormati guru dan orang tua di rumah, masyarakat, menghormati orang lain dan menekankan kedisiplinan serta membangun sekolah Islami. Kepala sekolah juga memberikan bimbingan ekstrakurikuler, keagamaan, mengedepankan pendidikan karakter sesuai dengan visi dan misi sekolah. Dengan melakukan pemantauan dan memberikan nasehat kepada warga sekolah dalam mewujudkan kultur sekolah. Perubahan positif di sekolah akan terjadi jika seluruh subjek sekolah memahami sifat budaya sekolahnya sendiri dengan baik, baik yang tampak maupun tidak tampak. Sebagai sebuah organisasi, sekolah adalah lembaga budaya yang tidak hanya memberikan pengajaran namun sangat penting untuk memberikan pendidikan kepada segenap warganya.  Para guru yang professional melakukan tugasnya untuk mengajar, mendidik, membimbing, melatih, menggerakan  bahkan mengarahkan para siswa agar kelak menjadi manusia yang cendikia, mandiri dan berbudi pekerti luhur.




http://staffnew.uny.ac.id/upload/132206551/penelitian/Artikel+Dinamika+Pendidikan+2007.pdf

file:///C:/Users/ACER/Downloads/342-Article%20Text-660-1-10-20200202.pdf

http://eprints.ums.ac.id/43114/4/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf