Senin, 14 Maret 2022

Pengalaman Kuliah Semeter 5


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Mayang Marlinda dari prodi Pendidikan Agama Islam dan pada semester 5 kemarin saya memilih kelas E. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman tentang perkuliahan selama satu semester yang kami lakukan secara online dan offline. Kebetulan perkuliahan semester 5 kemarin masih dilaksanakan secara online dan ada juga beberapa yang offline, pada semester 5 kemarin ada  mata kuliah yang terdiri dari Pengembangan Materi PAI Menengah, Peer Teaching/PPL 1, Psikologi Agama, PPMDI, Statistik 2, Desain Pembelajaran PAI, Penelitian Tindakan Kelas, Etika Profesi Guru, Metodologi Penelitian Kualitatif.

Yang dimana setiap mata kuliah yang saya dapat di semester lalu memiliki pengalaman tersendiri, contohnya pada mata kuliah Peer Teaching/PPL 1 yang dimana pada mata kuliah dilakukan secara offline. Pada pertemuan pertama kami diberikan tugas oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut untuk membuat RPP dari silabus yang telah kami dapatkan dari sekolah seperti MI, MTS, MA dan setelah membuat RPP kami diminta untuk praktek mengajar dikelas secara bergiliran. Kebetulan pada saat itu saya mendapatkan kelompok 6 yang terdiri dari beberapa mahasiswa dan mahasiswi dari beberapa daerah untung saja mata kuliah ini dilakukan secara offline jadi kami bisa bersama-sama mencari silabus. Setelah mendapatkan silabus kami lalu membuat RPP dan karya ilmiah sesuai tema yang kami dapatkan. 2 minggu berlalu setelah kami membuat RPP giliran kelompok kami yang praktek mengajar dikelas. Adapun anggota dari kelompok 4 mata kuliah Magang 1 yaitu terdiri dari:

Mayang Marlinda dengan NIM 11901350 dengan materi yang dibahas yaitu Akidah Akhlak. Maryani dengan NIM 11901093 dengan materi yang dibahas yaitu SKI. Muhammad Izma Wahyuda dengan NIM 11901061 dengan materi yang dibahas yaitu Qur’an Hadist. Uray Darmawan dengan NIM 11901931 dengan materi yang dibahas yaitu Fiqh.

Nah, pada kegiatan Peer Teaching/PPL 1 merupakan program kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon pendidik atau tenaga kependidikan. Mata kuliah pengajaran mikro adalah mata kuliah wajib lulus bagi mahasiswa yang hendak melaksanakan KKN-PPL dengan nilai minimal B. Pengajaran mikro merupakan simulasi dari suatu kelas sehingga dapat memberikan gambaran tentang suasana/kondisi kelas yang nyata pada mahasiswa namun skalanya diperkecil dalam praktiknya yaitu mengajar sesama teman satu kelompok. Dalam pelaksanaan perkuliahan, mahasiswa dibimbing tentang bagaimana mengajar yang baik dengan disertai praktik untuk mengajar. Sebagai mahasiswa yang akan melaksanakan PPL hendaknya mahasiswa praktikan menguasai pelaksanaan pada mata kuliah ini yang berupa keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan persiapan menjadi seorang calon pendidik, baik mengenai membuka kelas, cara berkomunikasi dalam kelas, menguasai kelas dan cara menutup kelas. Dalam pembelajaran mikro mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang mahasiswa dengan seorang dosen pembimbing. Mahasiswa diberi waktu selama 10 menit sampai 15 menit dalam sekali tampil baik mata pelajaran teori maupun mata pelajaran praktik, kemudian setelah itu diadakan evaluasi dari dosen pembimbing dan mahasiswa yang lain. Hal ini bertujuan agar dapat diketahui kekurangan-kekurangan dalam mengajar agar dapat meningkatkan kualitas praktik mengajar yang baik pada kesempatan berikutnya. Dari pembekalan ini mahasiswa

mendapatkan gambaran tentang apa yang akan dilakukan di sekolah sehingga pengalaman yang didapat di sekolahan sangat bermanfaat bagi mahasiswa di kemudian hari. Kegiatan PPL tersebut saya yang berada di daerah Pontianak kebetulan memiliki teman sekelompok yang sama di satu daerah yaitu Maryani, Muhammad Izma Wahyuda, dan Uray Darmawan. Kami ber-4 memutuskan mengambil sekolah yang berada di tengah-tengah agar kami ber-4 mudah untuk datang ketempat tersebut. Jatuhlah pilihan kami di MA Mujahidin, yang keberadaannya tidak jauh dari kampus sehingga memudahkan kami ber-4. Kegiatan Peer Teaching/PPL 1 tersebut kami laksanakan kurang lebih 2 minggu lamanya, dengan hari pertama kami meminta izin untuk meminta silabus  di sekolah tersebut. Kedatangan kami pada saat itu disambut dengan sangat baik. Pada saat itu kedatangan kami bertujuan untuk meminta izin terlebih dahulu dengan kepala sekolahnya. Persiapan pembelajaran lain yang perlu dipersiapkan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai adalah rencana pembelajaran yang berisi materi, metode, media dan teknik pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses belajar mengajar. Pembuatan rencana pembelajaran dapat membantu guru untuk dapat melakukan proses pembelajaran dengan efektif dan efisien. Dalam Praktik mengajar terbimbing, praktikan didampingi oleh guru pembimbing hanya pada awal pertemuan dengan siswa. Praktikan memberikan materi di depan kelas, sedangkan guru pembimbing membantu apabila ada siswa yang mengalami kesulitan. Dengan begitu guru dapat mengetahui kekurangan-kekurangan tentang cara mengajar langsung dari siswa yang diampu, sehingga praktikan dapat masukan–masukan untuk dapat lebih baik lagi. Di sini guru pembimbing sekaligus memberikan pengarahan-pengarahan tentang hal-hal mengajar atau cara-cara untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi. Karena mahasiswa praktikan bisa dikatakan pemula maka keberadaan guru pembimbing sangatlah penting untuk memperjelas langkah mahasiswa praktikan dalam melakukan praktik mengajar sehingga juga akan terus meningkatkan kemampuannya dalam mensiasati pembelajaran. Menguasai kondisi kelas dengan melakukan pendekatan sangat perlu untuk mengkondisikan suasana kelas. Praktikan sendiri dalam melaksanakan praktik mengajar terkadang memunculkan hal yang dianggap lucu untuk menanggapi perilaku siswa di kelas sekedar untuk menarik perhatian siswa. Mahasiswa praktikan dituntut tidak hanya mampu mengajar tetapi juga mendidik sekaligus belajar pula pada lingkungan sekolah dan interaksinya dengan siswa yang artinya bahwa pendidik bukanlah satu-satunya sumber belajar tetapi hanya sebagai fasilitator pembelajaran bagi siswa Beliau menerima kami untuk melakukan observasi disana namun dengan adanya suatu hubungan timbal balik yaitu ketika kami meminta informasi dan yang lainnya akan diberikan dengan mudah dan cepat, tetapi kami juga diminta untuk membantu jika ada kegiatan belajar mengajar disana. Kamipun menerima syarat yang diberikan oleh kepala sekolah tersebut, karena jika kami pikirkan hal tersebut juga baik untuk kami selain menambah pengalaman kami juga bisa tahu bagaimana cara mengajar di saat pandemi. Hanya saja karena pada saat itu kami masih dalam masa perkuliahan jadi kami harus pandai-pandai mengatur waktu untuk ke sekolah dan waktu untuk kuliah, karena di sekolah tersebut sinyal agak susah makanya kami pergi ke sekolah tersebut ketika tidak ada mata kuliah pagi. Kami ke sekolah tersebut dalam satu minggu yaitu 3 kali, yakni pada hari senin, rabu, dan kamis begitulah setiap minggunya meskipun tidak ada kegiatan belajar mengajar kami tetap pergi ke sekolah tersebut, setidaknya untuk becengkrama dengan guru-guru yang ada di sana. Ada beberapa kali kami diminta untuk mengawasi anak kelas 6 ujian, nah mereka melaksanakan ujian di sekolah namun, pada saat mereka ujian mereka menggunakan baju bebas rapi, hal tersebut merupakan syarat jika ingin melaksanakan ujian secara tatap muka. Bukan hanya menggunakan baju bebas rapi saja mereka harus menggunakan masker serta menjaga jarak, terkadang di sela-sela siswa dan siswi melaksanakan ujian mereka, ada beberapa pengawas dari kabupaten untuk melihat kegiatan ujian dari siswa dan siswi.

Selain melaksanakan observasi pada mata kuliah PPL 1 ini kami juga di perintahkan untuk setiap minggunya menulis sebanyak 1.500 kata dengan materi yang telah disiapkan oleh dosen pengampu, hasil dari tulisan kami tersebut di upload ke blog masing-masing lalu setiap minggu sore kami diminta untuk mengumpulkan daftar link dari tulisan yang telah selesai sebagai absen setiap minggunya. Saya selalu mengerjakan tugas sebelum hari pengumpulannya, agar tidak kelabakan pas hari pengumpulannya. Disela-sela aktivitas kuliah, magang di sekolah saya selalu menyempatkan diri untuk menyiapkan semua tugas yang diberikan oleh dosen.

Lanjut lagi ke kegiatan magang di sekolah, kami agak susah mendapatkan informasi tentang aspek penelitian yang diberikan yaitu tentang aspek aktivitas dari peserta didik, hal tersebut agak terkendala karena proses belajar mengajar yang dilakukan yaitu hanya dengan luring, yang mana peserta didik hanya datang ke sekolah hanya untuk mengambil tugas lalu langsung pulang ke rumah masing-masing tidak ada kegiatan belajar mengajar seperti biasanya dikarenakan kondisi pandemi yang melanda. Kami datang selain becengkrama dengan guru disana, kami juga melihat dari kelas ke kelas untuk melihat apa saja yang dilakukan oleh guru kepada peserta didiknya, bagaimana cara guru menyampaikan pembelajaran selama masa pandemi tersebut. Selama hampir kurang lebih satu bulan kegiatan magang tersebut kami selesaikan, dengan mengucapkan terima kasih dan berpamitan kepada guru-guru dan kepala sekolah. Namun, tidak selesai di situ saja kami harus menyatukan laporan yang ada bukan hanya dari satu sekolah saja namun ada 5 sekolah yang hasilnya harus kami satu padukan menjadi laporan yang kami usahakan menyusunna dengan baik dan benar. Dari kata pengantar, daftar isi, hingga dari Bab 1 sampai dengan Bab terakhir harus kami susun sesuai dengan aturan yang diinginkan oleh dosen pengampu yang dimana setiap sekolah yang menjadi objek observasi dari kelompok kami, kami mencantumkan beberapa foto sebagai dokumentasi dari kegiatan kami di sekolah bukan hanya sekedar foto saja dari kelompok kami juga ada mencantumkan RPP, jadilah sebuah laporan yang berisikan 35 halaman dari kelompok 4 sebagai hasil dari observasi selama kurang lebih satu bulan tersebut. Dan proses terakhir yaitu setiap kelompok mempersentasikan hasil dari laporan tersebut dengan menggunakan media WA grup, dengan setiap orang menyampaikan hasil dari kegiatan observasinya menggunakan Voice Note, dan untuk teman-teman yang ada di grup tersebut diperbolehkan utuk bertanya bagi yang ingin bertanya jika ada yang kurang jelas.

Beralih mata kuliah pada mata kuliah Pengembangan Materi PAI Menengah  yang pada saat itu kami setiap minggunya diminta untuk membuat Power Point dari Power Point tersebut telah dibagi setiap kelompok untuk membahas materi-materi dari pelajaran peserta didik di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), ada yang mendapat Bab di semester ganjil, ada juga yang mendapat Bab di semester genap. Setiap minggunnya kelompok yang maju akan melakukan persentasi dengan menggunakan media Google Meet sebagai media persentasi setiap minggunnya, sedangkan bagi yang tidak persentasi kami selalu diminta juga membuat Power Point dengan materi yang sama dengan yang persentasi namun dengan pemahaman masing-masing dari setiap mahasiswa. Tugas membuat Power Point tersebut  diberi waktu selama hampir satu minggu, dan dikumpulkan di E-learning, setiap minggunya kami di haruskan kreatif dan inovatif dalam membuat Power Point agar hasil yang di dapat terlihat bagus dan menarik. Setiap minggunya selalu seperti itu hingga UTS kami diminta untuk membuat RPP sebagai syarat untuk ujian tengah semester tersebut, pada awalnya saya agak kewalahan dalam membuat RPP tersebut karena kurangnya pemahaman, namun lambat laun karena saya juga mencari beberapa informasi selain dari teman, kakak kelas, dan juga internet akhirnya saya lumayan paham tentang pembuatan RPP. Jadilah sebuah RPP untuk memenuhi Ujian Tengah Semester tersebut. Dikumpulkanlah RPP tersebut lalu lanjut kembalilah kami melakukan persentasi setelah Ujian Tengah Semester tersebut seperti sebelumnya hingga semua kelompok selesai mempersentasikan materi-materinya hingga sampailah pada tahap selanjutnya yaitu Ujian Tengah Semester yang dimana kami diminta untuk membuat sebuah video simulasi belajar mengajar yang harus sesuai dengan RPP yang pada saat UTS. Ternyata jika harus menyesuaikan dengan RPP maka saya harus banyak menggunakan alat yang tidak saya miliki, untunganya dosen pengampu saya memberikan kesempatan untuk merevisi RPP yang telah saya buat untuk UTS kemarin, direvisilah RPP tersebut sesuai dengan keadaan pada saat ini. Dapatlah hasil revisian RPP dengan alat dan ateri yang telah di sesuaikan untuk mempermudah dalam pembuatan video tersebut. Pada awalnya saya membuat video bersama dengan kedua teman saya yaitu Maryani dan Danica di rumah kakaknya Danica karena di rumah Kakaknya Danica tersebut terdapat papan tulis putih untuk menunjang pembuatan video belajar mengajar namun, pembuatan video pada saat itu kami tunda karena selain kurangnya pengetahuan cara mengajar yang baik, kami juga belum terlalu memahami materi apa yang akan kami sampaikan. Pulanglah kami dari rumah kakak Danica tersebut meskipun kami tidak jadi membuat video pada hari itu, tetapi kami dapat pengalaman apa saja yang harus kami persiapkan untuk pembuatan video pembelajaran tersebut dilain waktu.

Selanjutnya untuk mempersiapkan pembuatan video tersebut saya mempelajari beberapa materi, bukan hanya itu saya juga mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan dan tidak lupa saya juga mengajak beberapa teman saya untuk membantu saya dalam pembuatan video tersebut, mereka berperan sebagai murid saya. Pada pembuatan video kedua kalinya ini saya melakukan pengambilan videonya di sebuah sekolah. Untuk pengambilan video yang kedua kalinya ini saya bersama Maryani dan sepupunya Teguh Renaldi dan juga kebetulan sama-sama merupakan Mahasiswa dari IAIN prodi Pendidikan Agama Islam, dia juga satu angkatan bersama saya namun kami berbeda kelas, dia berada di kelas PAI D dan saya berada di kelas PAI E. Bukan hanya Teguh saja, Maryani juga membawa adiknya yang pada saat itu sedang menduduki bangku sekolah dasar, saya juga membawa sepupu saya yang sedang menduduki bangku Sekolah Menengah Pertama, dan pada hari itu pengambilan video di mulai dari Maryani dengan durasi waktu yang di dapat yaitu kurang lebih 20 menit, sesuai dengan waktu maksimal syarat dari guru pengampu, pengambilan video tersebut berjalan dengan lancar, tibalah untuk giliran saya untuk melakukan pengambilan video, dengan di awali dengan salam memberi motivasi menyampaikan materi yang akan di bahas lalu saya masuk ke kegiatan inti yaitu langsung menjelaskan materi yang akan saya sampaikan. Setelah menjelaskan materi dan yang lainnya, saya juga membuka sesi tanya jawab untuk peserta didik mengenai apa saja materi yang belum mereka pahami, sayapun menjelaskanlah apa yang di tanyakan oleh peserta didik tersebut kepada saya, setelah selesai saya juga meminta salah satu peserta didik untuk membacakan salah satu ayat Al-quran hal tersebut saya lakukan untuk menambah durasi waktu. Setelah semuanya selesai sesuai yang saya rencanakan maka sayapun mengakhiri pengambilan video tersebut. Legalah hati saya karena tugas yang telah diberikan telah selesai saya kerjakan. Pulanglah saya kerumah saya untuk melanjutkan mengerjakan tugas tersebut agar bagus, yaitu saya mengedit video tersebut menambah beberapa tulisan, menjernihkan gambar, dan yang lainnya, setelah itu tahap akhir yaitu mengupload video tersebut ke youtube agar pada saat pengumpulan tugas nanti tidak susah lagi, lumayan lama saya mengupload video tersebut dikarenkan ukuran dari video tersebut yang lumayan besar. Saya tunggulah proses dari upload dari video tersebut hingga selesai, setelah selesai saya koreksi video tersebut ternyata durasi dari video tersebut masih kurang dari maksimal yang telah di tentukan oleh dosen pengampu tersebut. Pada saat itu saya harus berpikir apa yang harus saya lakukan, apakah saya harus membuat ulang video tersebut atau saya tetap mengumpulkan video dengan durasi video yang masih kurang. Setelah lama saya berpikir akhirnya saya menemukan suatu keputusan yang walaupun berat namun harus saya lakukan kembalai, dan saya memutuskan untuk membuat ulang video tersebut karena saya tidak ingin mengumpulkan video yang durasinya kurang, kekurangan durasi tersebut bukan hanya 1-2 menit namun kurang lebih 5 menit, makannya saya harus berpikir keras tentang mengambil keputusan tersebut.

Setelah begejolak dengan keputusan-keputusan akhirnya saya membuat kembali video tersebut, pengambilan video kedua ini saya lakukan di sekolah tempat saya melakukan observasi kemarin dengan di temani oleh Maryani dan saya juga membawa sepupu saya untuk berperan sebagai murid saya, pengambilan video ketiga kali ini agak terkendala dikarenakan ruang memori HP saya yang agak kecil, jadi saya berulang-ulang melakukan pengambilan video dikarenakan memori penuh, saya harus menghapus file-file, foto-foto, dan aplikasi yang menurut saya masih aman jika di hapus, semua itu saya lakukan untuk menyisakan memori untuk pengambilan video tersebut. Pada saat pengambilan video ketiga kali ini pada saat penyampaian materinya saya sudah tidak terlalu canggung hal tersebut dikarenakan saya luamayan memahami bukan hanya itu saya juga sudah lumayan berani tidak seperti pada saat pengambilan video yang kedua ataupun yang pertama. Yang meskipun agak lancar namun ada rasa takut, tidak percaya diri dan yang lainnya. Pada hari itu pengambilan video selesai dan sayapun pulang untuk melanjutkan pengeditan setelah selesai langsung saya upload ke youtube dan durasi waktunya sesuai dengan yang saya harapkan yaitu tidak terlalu berlebihan dan juga tidak kurang. Setelah sampai pada waktu yang telah di tetapkan dosen pengampu meminta kami untuk melalukan persentasi video dan juga mengumpukan Power Point (PPT) yang sesuai dengan materi yang kita sampaikan di video dan RPP yang telah dibuat. Persentasi kembali dilakukan di Google Meet, dengan menampilkan video dan teman-teman yang lain melihat hasil dari video yang telah kita buat, begitu seterusnya hingga semua siswa menampilkan videonya.

Kedua mata kuliah yang saya ceritakan di atas merupakan perkuliahan yang menurut saya banyak sekali pengajarannya, hal tersebut bukan bearti yang lain tidak memberikan pengajaran yang berarti, tetapi pengalaman yang benar-benar begitu melekat yaitu kedua mata kuliah tersebut, yang dimana saya mendapatkan begitu banyak pengalaman yang di mulai dari cara menghadapi peserta didik, menyampaikan materi, mengawas ketika ujian, cara menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari peserta didik ketika berdiskusi hingga cara menghidupkan ruangan ketika melakukan kegiatan belajar mengajar. Meskipun perkuliahan pada semester 4 ini dilakukan secara online yang membuat saya agak kurang paham karena tentu saja ada perbedaan ketika kita melakukan pembelajaran secara online dan tatap muka, ketika pada tatap muka dosen akan menyampaikan secara langsung dan ketika kita kurang paham kita bisa menanyakannya langsung, sedangkan ketika pembelajaran yang di lakukan secara online ini ketika dosen memberikan tugas lewat media WA terkadang kami harus membaca pesan yang dikirim dosen berulang-ulang kali untuk memahami perintah yang terdapat dari pesan yang di kirim dosen tersebut, karena jika kita asal membacanya takut akan berbeda dengan apa yang di inginkan dosen, nah ketika kurang paham jika ingin bertanya pasti ada rasa enggan karena takut dan yang lainnya. Itu hanya beberapa kendala dari pembelajaran online, masih ada beberapa kendala yang biasa yang saya alami contohnya kendala sinyal yang dimana di daerah saya ketika listrik mati, sinyal juga langsung hilang total, hal tersebut sangatlah mengganggu ketika terjadinya kegiatan proses belajar daring. Selain itu referensi buku juga menjadi kendala karena jika pada saat kuliah tatap muka kita dapat mengakses perpustakaan untuk mecari referensi dalam pembuatan makalah jika perkuliahan online untuk mencari perpustakaan yang menyediakan buku yang sesuai dengan apa yang di bahas itu agak susah, alhasil pencarian referensi hanya dapat dilakukan dengan mencari sumber dari internet saja itupun terkadang tidak semuanya di dapati.

Tetapi tidak semuanya online ini memiliki sisi negatifnya, sisi positifnya ada juga, yaitu mahasiswa juga agak menghemat biaya. Biaya yang di hemat yaitu pengeluaran bulanan, pengeluaran print out dan ngopi sana-sini. Hal tersebut turun secara drantis selama kuliah online ini, karena tentu saja biaya makan dan yang lain kita sudah bersatu dengan orang tua di rumah, biaya kertas, makalah dan yang lainnya otomatis tidak ada karena semua tugas dikumpulkan dalam bentuk file sudah tidak ada tugas dalam bentuk kertas kecuali buku tulis dan pulpen itupun tidak terlalu mahal. Selain menghemat pengeluaran ada juga beberapa mahasiswa dapat melakukan kegiatan perkuliahan sambil bekerja, yang dimana selain menambah penghasilan juga dapat membantu orang tua untuk membayar uang kuliah.

Semua memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing, namun saya berharap semoga saja pandemi ini cepat berakhir agar dapat dilakukannya proses belajar seperti biasanya. Karena berjalannya dengan waktu semakin lama kami semakin menginjak semester atas dan membutuhkan pembimbingan yang layak seperti sediakalanya sebelum pandemi covid-19 menyerang dunia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada para dosen-dosen yang telah mengampu selama satu semester kemarin. Saya mohon maaf jika ada kekeliruan dalam penulisan nama dan gelar. Akhir kata saya akhiri Assalamu’alaikum Warahmatullah Hiwabarakatuh.

Selasa, 20 Juli 2021

BAHAN AJAR

BAHAN AJAR

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi:

1.Prinsip relevansi

Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2.Prinsip konsistensi

Prinsip konsistensi artinya adanya keterkaitan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

3. Prinsip  kecukupan

Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

Jenis-Jenis Bahan Ajar

1.Bahan ajar pandang (visual) yang terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/market.

2.Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

3.Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video campact disk, filem.

4.Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material). Seperti CAI (Computer Assistented Instruction), Copack Disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis we (Web based learning materials).

Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar

Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetnsi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar (Ghafur, 1986). Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi hal-hal sebagai berikut:

1.Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2.Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran

3.Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar

Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konse, prinsip, prosedur, aspek sikap atau psikomotorik.

Menentukan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar

1.Menentukan Cakupan Bahan Ajar

          Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.

2.Menentukan Urutan Bahan Ajar

          Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Sedangkan pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.

 

Sumber Bahan Ajar

Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:

1.Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas,

2.Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir,

3.Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya,

4.Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.,

5.Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan

6.Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi.

7.Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulananyang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran,

8.Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi,

9.Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi,

Strategi Dalam Memanfaatkan Bahan Ajar

    Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat dua strategi, yaitu:

1.Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru

2.Strategi urutan penyampaian simultan,

3.Strategi urutan penyampaian suksesif,

4.Strategi penyampaian fakta,

5.Strategi penyampaian konsep,

Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.

1.Strategi penyampaian prosedur.

2.Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa

Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :

1.Menghafal (verbal parafrase).

Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya.

2. Menggunakan/mengaplikasikan. Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari.

3. Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.

4. Memilih, di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

 

Materi Prasyarat, Perbaikan, dan Pengayaan

Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama siswa belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Jika berdasar tes tersebut siswa belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka siswa tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan. Bahan pembekalan (matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya. Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulitan atau hambatan dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedial).

Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa. Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial. Dalam menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment).

Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau modul akselerasi. Proses belajar yang efektif adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan  sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam rencana pembelajaran. Prosesnya tersebut adalah menjalakan serangkaian komponen-komponen pembelajaran dari mulai tujuan,materi, metode, dan evaluasi. Proses pembelajaran adalah proses mengkondisikan dimana siswa dapat belajar dan memperoleh sejumlah pengalaman belajar. Pengalaman belajar berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Dengan demikian untuk memperoleh pengalaman belajar tersebut, maka seorang tenaga pendidik perlu merancang bahan pembelajaran yang efektif agar siswa memiliki pengalaman belajar yang diharapkan. Bahan pembelajaran apapun yang dibuat oleh tenaga pendidik, tentu bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dalam rangka pencapaian kopetensi yang diinginkan 

kurikulum

KURIKULUM

Pada awal mulanya istilah Kurikulum dalam dunia olah raga khususnya atletik pada zaman Yunani kuno. Curriculum berasal dari bahasa YunaniCurier atau kurir (dalam bahasa Indonesia) yang berarti seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang lain di lain tempat. Curere berarti berlari. Kamus Webster tahun 1856 mengartikan “a race course, a place for running, a chariot”. Kurikulum diartikan suatu jarak yang ditempuh oleh pelari. Tapi juga suatu chariot kereta pacu pada zaman dulu, suatu alat yang membawa seseorang dari tempat start ke tempat finish.

Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan.

UU. No. 20 Tahun 2003 : Pengertian kurikulum ialah suatu perangkat rencana dan juga pengaturan tentang tujuan, isi, dan juga bahan pengajaran dan cara yang digunakan ialah sebagai suatu pedoman didalam suatu penyelenggaraan kegiatan dalam pembelajaran untuk dapat mencapai suatu tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen tertentu. Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga akan tergganggu.

 

1. Komponen Tujuan

 

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang di cita – citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.

 

2. Komponen Isi/ Materi Pelajaran

 

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

 

3. Komponen Metode/ Strategi

 

Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rajakoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

 

Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

 

Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.

 

4. Komponen Evaluasi

 

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.

 

3. Prinsip Kurikulum

Sejumlah prinsip yang dianggap penting dan menjadi pedoman pada saat ini pada umumnya.

 

1. Prinsip Relevansi

 

Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapa masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat.

 

a. Relevansi Internal

Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian yang harus dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.

 

b. Relevansi Eksternal

Relevansi Eksternal, berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi dan proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Ada tiga macam relevansi eksternal yaitu :

 

Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Artinya, bahwa proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya untuk siswa yang ada di perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota, seperti keramaian dan rambu-rambu lalu lintas, tata cara dan pelayan jasa bank, kantor pos dsb. Begitu juga untuk sekolah yang berada di lingkungan pantai, seperti mengenai tambak, kehidupan nelayan, koperasi, pembibitan udang, dsb.

Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang. Misalkan untuk kehidupan yang akan datang, penggunaan computer dan internet menjadi salah satu kebutuhan, maka dengan demikian bagaimana cara memanfaatkan computer dan bagaimana cara mendapatkan informasi dari internet sudah harus diperkenalkan kepada siswa. Demikian juga dengan kemapuan berbahasa. Pada masa yang akan datang ketika pasar bebas seperti persetujuan APEC mulai berlaku, maka masyarakat akan dihadapkan kepada persaingan merebut pasar kerja dengan orang-orang asing. Oleh karenanya keterampilan berbahasa asing sudah harus mulai dipupuk sejak sekarang.

Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Untuk sekolah kejuruan contohnya, kalau dahulu di Sekolah Kejuruan Ekonomi dilatih bagaimana agar siswa mampu menggunakan mesin tik sudah tidak banyak digunakan, akan tetapi yang lebih banyak digunakan computer. Dengan demikian, keterampilan mengoperasikan computer harus diajarkan. Demikian jugahalnya dengan tuntutan dunia kerja kepariwisataan, perbankan, asuransi, perhotelan dsb, isi kurikulum harus menyesuaikan dengan tuntutan pekerjaan pekerjaan di setiap bidang.

 

2. Prinsip Fleksibilitas

Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadan-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataanyang ada. Bisa saja ketiksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang,latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai.

 

Maka kurikulum harus bersifat lentur dan fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan.

Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi :

 

a. Fleksibel bagi guru, artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagu guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada.

 

b. Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

 

3. Prinsip Kontinuitas

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran

 

4. Efektifitas

Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum yaitu :

 

Efektifitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Contoh, apabila guru menetapkan dalam satu senmester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5 program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.

Efektifitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Maksudnya sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. Contoh, apabila ditetapkan dalam satu semester siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelejaran siswa tidak efektif.

 

5. Efisiensi

Prinsip efisiensi berhubungan dengan pernbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Betapa pun bagus dan idealnya suatu kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan prasarana yang sangat khusus serta mahal pula harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan.

 

Pengembangan kurikulum sekolah di Indonesia mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang berbeda, namun sasaran yang hendak dicapai adalah sama , yaitu dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada khususnya dengan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

 

4. Fungsi Kurikulum

 

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis,diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :

 

Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu yang well adjusted.

Fungsi Integrasi, kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

Fungsi Deferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan- perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dankreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.

Fungsi Persiapan, kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka.

Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat.Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara fleksibel.

Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.

 

 

Sedangkan fungsi praksis dari kurikulum adalah meliputi :

Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.

Fungsi bagi sekolah yang diatasnya adalah untuk menjamin adanya pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan.

Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan.

5. Peranan Kurikulum

Kurikulum bagi program pendidikan dimana sekolah sebagai institusi social melaksanakan oprerasinya, paling tidak dapat ditentukan 3 jenis kurikulum : 

Peranan Konservatif Menekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentramisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini bagi generasi muda.

Peranan Kritis dan evaluative Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi setiap saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan.

Peranan Aktif Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Sehingga pewarisan dan nilai-nilai budaya masa lalu.kepada siswa perlu disesuaikan dengan masa sekarang. 

6. Macam - Macam Kurikulum

 Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah kurikulum sebagai berikut:

Kurikulum ideal 

yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum. 

Kurikulum aktual

yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar. 

Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)

yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik.

Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat membedakan:

Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum) Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran satu dengan yang lain, juga antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.

 Beberapa hal positif dari separated curriculum ini adalah : Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya terdahulu.Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.Sedangkan beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain: Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut psikologis, kurikulum demikian mengandung kelemahan: banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman

Kurikulum terpadu (integrated curriculum)

Dalam kurikulum terpadu atau terintergrasi, batas-batas diantara mata pelajaran sudah tidak terlihat sama sekali, karena semua mata pelajaran sudah dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik, berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa. Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah. Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Guru selaku pembimbing.

Beberapa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:

a) Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.

b) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.

c) Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.

d) Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan berkerja sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.

e) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.

Keberatan-keberatan yang dilontarkan pada pelaksanaan kurikulum terpadu ini adalah:

a) Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini

b) Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sitematis

c) Kurikulum ini memberatkan guru

d) Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas di sekolah- sekolah satu sama lain

e) Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum

f) Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan kurikulum ini.

Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum)

 Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara dua atau lebih mata pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas setiap mata pelajaran. Misalnya Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling memperkuat.Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa. Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika.

Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan menjadi:

Kurikulum nasional (national curriculum) yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara nasional. Kurikulum negara bagian (state curriculum) yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian, misalnya di masing-masing negara bagian di Amerika Serikat. Kurikulum sekolah (school curriculum) yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam kurikulum. 

7. Tujuan Kurikulum

Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan.

Dalam sistem pendidikan di Indonesia tujuan pendidikan bersumber kepada falsafah Bangsa Indonesia. Di Indonesia ada 4 tujuan utama yang secara hirarki sebagai baerikut:

a. Tujuan Nasional

Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan nasional disebutkan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. Kesehatan asmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tariggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dari tujuan nasional kemudian dijabarkan ke dalam tujuan insitusional/ lembaga, tujuan kurikuler, sampai kepada tujuan insfruksional dengan penjabaran sebagai berikut: 

b. Tujuan Intitusional

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, umpamanya MI. MTs, MA, SD, SMP, SMA, dan sebagainya. Artinya apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan tersebut, Sebagai contoh, kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan iersebut. Sebagai contoh, kemampuan apa yang diharapkan dimiliki oleh anak yang tamat MI, MTs, atau Madrasah Aliyah. Rumusan tujuan institusional harus merupakan penjabaran dan tujuan umum (riasional), harus memiliki kesinambungan antara satu jenjang pendidikan tinggi dengan jenjang Iainnya (MI, MTs, dan MA sampal ke IAIN/ perguruan tinggi). Tujuan institusional juga harus memperhatikan fungsi dan karakter dari lembaga pendidikannya, seperti lembaga pendidikan umum, pendidikan guru dan sebagainya.

c. Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler adalah penjabaran dan tujuan kelembagaan pendidikan (tujuan institusiorial). Tujuan kurikuler adalah tujuan di bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di dalamnya. Secara oerasional adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu mata pelajaran atau bidang studi tersebut. 

d. Tujuan Instruksional

Tujuan instruksional dijabarkan dari tujuan kurikuler. Tujuan ini adalah tujuan yang langsung dihadapkan kepada anak didik sebab hrus dicapai oIeh mereka setelah menempuh proses belajar-mengajar. Oleh karena itu tujuan instruksional dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah mereka menyelesaikan proses belajar-mengajar. Ada dua jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik. Pada TIU sifatnya lebih luas dan mendalam, sedangkan TIK lebih terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan demikian TIK harus lebih operasional dan mudah dilakukan pengukuran. 

strategi pembelajaran

 

STRATEGI PEMBELAJARAN

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J.R. David, 1976). Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang perlu kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berati penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi. Strategi pembelajaran merupakan rencana dan cara-cara melaksanakan kegiatan pembelajaran agar prinsip dasar pembelajaran dapat terlaksana dan tujuan pembelajaran bisa dicapai secara efektif (Mukhamad Murdiono,2012:28). Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pmbelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda (Reigeluth, 1983, Degeng, 1989)(dalam Made Wena,2008:5). Kozma (dalam sanjaya 2007)  secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Cropper(1998) mengataan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Hamruni, 2009;3). Moedjiono(1993) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu. Depdiknas(2003) merumuskan strategi pembelajaran sebagai cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar agar pembelajaran menjadi efektif. Artinya , rumusan yang dibuat Depdiknas lebih spesifik dengan tujuan yang jelas, yaitu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Rumusan Depdiknas tersebut diperkuat dengan pernyataan selanjutnya bahwa dalam mengembangkan strategi pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan terciptanya pembelajaran efektif dan berhasil baik(Darmansyah, 2010:18-19). Menurut Wiranataputra(2001) strategi pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Nunan menafsirkan strategi pembelajaran sebagai proses mental yang digunakan pembelajar untuk mempelajari dan menggunakan bahasa sasaran (Iskandarwassid, Dadang Sunendar,2008:6 & 7). Pendapat Dick dan Carey(1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. (Wina Sanjaya,2006:126). Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pemblajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Hamruni,2009:3). Dick dan Carey(1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur ataupun tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mreka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau pakt program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Abizar(1995) menyatakan bahwa strategi pembelajaran diartikan sebagai pandangan yang bersifat umum serta arah umum dari tindakan untuk menentukan metode yang akan dipakai dengan tujuan utama agar pemerolehan pengetahuan oleh siswa lebih optimal (Darmansyah,2010:18). Mujiono(1992) mengartikan strategi pembelajaran sebagai berikut: kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek dan komponen pembentuk system instruksional, dimana untuk itu pengajar menggunakan siasat tertentu. Karena system instruksional merupakan suatu kegiatan, maka pemikiran dan pengupayaan pengkonsistensian aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada pemiiran bahwa suatu rancangan tidak selalu tepat pada saat dilakukan. Dengan demikian, strategi pembelajaran memiliki dua dimensi sekaligus. Pertama, strategi pembelajaran pada dimensi perancangan. Kedua, strategi pembelajaran pad dimensi pelaksanaan. Pengertian strategi pembelajaran yang agak berbeda dengan Mujiono dikemukakan oleh Zaini dan Bahri(2003) menyatakan bahwa strategi pembelajaran mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Ada empat strategi dasar dalam pembelajaran yaitu mengidentifikasi apa yang diharapkan, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran, menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.

Macam – macam Strategi Pembelajaran

1.    1.  Strategi Pembelajaran Penyampaian (Exposition)

Bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction).

2.  2.  Strategi Pembelajaran Penemuan (Discovery)

Bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak menjadi fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.

3.    3. Strategi Pembelajaran Individual (Individual)

Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.

4.     4. Strategi Pembelajaran Kelompok (Groups)

Strategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok ini bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal, atau bisa juga siswa dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memerhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.

Strategi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1.      1/ Strategi Pembelajaran Deduktif

Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dillakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi, atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan, menuju hal yang konkret. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus.

2.     2. Strategi Pembelajaran Induktif

Strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.

Jenis-jenis/klasifikasi strategi pembelajaran yang dikemukakan dalam artikel Saskatchewan Educational(1991)  :

1.       1. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demontrasi.

Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah.

2.       2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)

Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan siswa yang tinggi dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis. Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilator, pendukung, dan sumber personal (resource person). Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri. Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

3.       3. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction)

Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik. Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir. Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan metode-metode interaktif. Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerja sama siswa secara berpasangan.

4.       4. Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman (Eksperiential Learning)

Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah proses belajar, dan bukan hasil belajar. Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.

5.       5. Strategi Pembelajaran Mandiri

Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.

Variabel Strategi Pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:

1.      1. Strategi Pengorganisasian (Organizational Strategy)

Strategi Pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi, dan kegiatan ini berhubungan dengan tindakan pemilihan isi / materi penataan isi, pembuatan diagram, format dan sejenisnya.

2.    2.   Strategi Penyampaian (Delivery Strategy)

Strategi Penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dan/ atau untuk menerima serta merespons masukan dari siswa.

3.    3.   Strategi Pengelolaan (Management Strategy)

Strategi Pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya (variabel strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan pembelajaran berhubungan dengan pemilihan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Strategi pengelolaan pembelajaran berhubungan dengan penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar dan motivasi.

Pemilihan Strategi Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara penyampaiannya.Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:

1.       Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor?

2.       Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah?

3.       Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?

Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:

1.       Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu?

2.       Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?

3.       Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?

Pertimbangan dari sudut siswa.

1.       Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?

2.       Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?

3.       Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?

Pertimbangan-pertimbangan lainnya.

1.       Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?

2.       Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan?

3.       Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?

Pertanyaan- pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi yang ingin ditetapkan. Misalnya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif atau psikomotor. Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya.

Dalam pemilihan strategi pembelajaran, guru harus mengacu pada kriteria sebagai berikut :

1.       Kesesuaian antara strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi.

2.       Kesesuaian strategi pembelajaran dengan jenis pengetahuan yang akan disampaikan

3.       Kesesuaian strategi pembelajaran dengan sasaran (kemampuan awal, karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial, karakteristik yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian)

4.       Biaya

5.       Kemampuan strategi pembelajaran (kelompok atau individu)

6.       Karakteristik strategi pembelajaran (kelemahan maupun kelebihannya)

7.       Waktu

Tujuan pembelajaran

Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan dalam menyajikan materi pengajaran.Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan (OrKes) menetapkan tujuan pembelajaran agar siswa agar dapat mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar.Dalam hal ini, metode yang dapat membantu siswa-siswi mencapai tujuan adalah metode ceramah; guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba, dan dilaksanakan di lapangan. Kemudian metode demonstrasi; siswa-siswi mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar.

1.       Aktivitas dan pengetahuan awal siswa

Belajar merupakan aktivitas untuk memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak hanya dimaksudkan pada aktivitas fisik saja, tetapi meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental juga.

2.       Integritas bidang studi/pokok bahasan

Mengajar merupakan usaha untuk mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas. Oleh karena itu, metode yang digunakan lebih berorientasi pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan.

3.       Alokasi waktu dan sarana penunjang

Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran adalah satu jam pelajaran (45 menit). Jadi metode yang akan digunakan harus dirancang sebelumnya, termasuk didalamnya perangkat penunjang pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dsb.

4.       Jumlah siswa

Metode yang kita gunakan didalam kelas idealnya perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir dan rasio guru dan siswa, agar proses belajar mengajar efektif. Ukuran kelas juga menentukan keberhasilan, terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas. Sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung memerlukan biaya pendidikan dan latihan yang tinggi. Kedua pendapat ini bertentangan; manakala kita dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar. Namun apabila pendidikan mempertimbangkan biaya, mutu pendidikan sering terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.

5.       Pengalaman dan kewibawaan pengajar

Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengatakan bahwa “pengalaman adalah guru yang baik”. Hal ini telah diakui di lembaga pendidikan. Selain berpengalaman, guru juga harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru, karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan sosial. Guru harus merupakan sosok tokoh yang disegani, bukan ditakuti oleh anak didiknya.

Dalam pengelolaan pembelajaran, terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui,yaitu:

1.       Interaktif

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa , atau antara siswa dengan lingkungannya.

2.       Inspiratif

Proses pembelajaran merupakan proses yang interaktif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab pada dasarnya pengetahuan bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.

3.       Menyenangkan

Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik, serta pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi.

4.       Menantang

Merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal.

5.       Motivasi

Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjukan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa.