Senin, 07 Juni 2021

Kultur sekolah, aktivitas siswa dan Pembelajaran

Kultur Sekolah, Aktivitas Siswa dan Pembelajaran

Kultur sekolah merupakan pola nilai, kepercayaan serta tradisi yang tercipta lewat sejarah sekolah( Deal serta Peterson, 1990). Stolp serta Smith( 1994) melaporkan kalau kultur sekolah merupakan pola arti yang dipancarkan secara historis yang mencakup norma, nilai, kepercayaan, seremonial, ritual, tradisi serta mitos dalam derajat yang bermacam- macam oleh masyarakat sekolah. Kultur sekolah merupakan budaya sekolah yang menggambarkan pemikiran- pemikiran bersama( shared ideas), asumsi- asumsi( assumptions), nilai- nilai( values), serta kepercayaan( belief) yang bisa membagikan bukti diri( identity) sekolah yang jadi standar sikap yang diharapkan.( Zamroni, 2009). 

Lembaga sekolah selaku pihak internal sepatutnya membangun kultur sekolah bersumber pada pemikiran- pemikiran lembaga yang ditunjang oleh style kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru serta siswa dan pegawai dalam membagikan layanan kepada para siswa, orang tua, serta lingkungannya selaku pihak eksternal. Kultur positif sekolah sepatutnya jadi kekuatan utama dalam memusatkan segala masyarakat sekolah mengarah perubahan- perubahan positif. Pada biasanya tiap sekolah sudah mempunyai kulturnya sendiri tetapi sekolah yang sukses merupakan sekolah yang mempunyai kultur positif yang sejalan dengan visi serta misi sekolah. 

Dalam upaya tingkatkan kualitas sekolah dituntut buat terus menerus melaksanakan revisi, pengembangan kualitasnya lewat kenaikan kultur sekolah. Kultur sekolah memegang peranan berarti dalam kenaikan kualitas sebab mempunyai 4 guna, ialah:

Selaku perlengkapan buat membangun bukti diri( jati diri).

Kultur sekolah hendak mendesak masyarakat sekolah buat mempunyai komitmen yang besar.

Kultur sekolah hendak mendesak terjadinya stabilitas serta dinamika sosial yang bermutu. Perihal ini berarti supaya area sekolah jadi kondusif tidak tersendat oleh konflik yang hendak membatasi kenaikan kualitas pembelajaran.

Kultur sekolah hendak membangun keberartian area yang positif untuk masyarakat sekolah.

Dalam membangun kultur, sekolah tidak bisa berdiri sendiri namun membutuhkan kerjasama dengan mitra kerjanya ialah orang tua siswa, komite sekolah serta para pemangku kepentingan yang lain. Sekolah wajib jadi learning organization yang melaksanakan pendidikan buat menggapai apa yang di idamkan, ialah dengan mengajak seluruh masyarakat sekolah meningkatkan  sistem serta pola berpikir yang lebih baik. Disamping itu sekolah wajib butuh melaksanakan penilaian diri supaya buat jadi dasar perencanaan buat membangun kultur yang pas cocok dengan keadaan  nyata. Ke


.


Menetapkan Visi, Misi, Tujuan serta Strategi Sekolah

Selaku lembaga pembelajaran sekolah butuh merumuskan  visi, misi, tujuan serta strategi. Bagi Peraturan Menteri Pembelajaran  Nasional  Nomor. 19 tahun 2007 tentang standar Pengelolaan Pembelajaran oleh Satuan Pembelajaran Dasar serta Menengah, visi adalah cita- cita bersama masyarakat sekolah serta segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang hendak tiba yang sanggup membagikan inspirasi, motivasi serta kekuatan pada masyarakat sekolah serta segenap pihak yang berkepentingan buat  mencapainya. Misi sekolah merupakan seluruh suatu yang wajib dicoba buat mewujudkan visi. Tujuan sekolah menggambarkan tingkatan mutu yang mau dicapai dalam jangka waktu menengah. Strategi merupakan cara- cara yang dicoba sekolah buat menggapai tujuan cocok dengan standar yang sudah diresmikan.

Visi, misi, tujuan serta strategi sekolah butuh dijadikan acuan oleh segenap masyarakat sekolah supaya jadi energi dorong buat melaksanakan tiap aktivitas dalam rangka menggapai tujuan sekolah.

Membangun serta Memelihara Raga Sekolah

Kultur sekolah mencerminkan budaya serta sikap serta moral sekolah selaku suatu lembaga. Ada 3 komponen yang bisa menggambarkan ciri tersebut( Zamroni, 2009):

Artifak serta Simbol- simbol, gimana bangunan sekolah dihias, didekorasi serta serta dirawat, Nilai- nilai( values), gimana masyarakat sekolah berperilaku serta berperan dikala melaksanakan pekerjaan, berhubungan serta berbicara.

Asumsi- asumsi, merupakan kepercayaan tercantum agama yang secara tidak disadari serta natural dipunyai oleh tiap masyarakat sekolah.

Sekolah seyogyanya mengusahakan supaya komponen- komponen tersebut tidak jadi kontraproduktif sebab: Memakai artifak serta symbol yang telah rusak serta usang sehingga tidak membagikan nuansa positif serta kepedulian pada proses pendidikan serta pembelajaran buat siswa. Tidak ataupun kurang mempraktikkan nilai- nilai dalam tiap aktivitas sekolah, minimnya membangun tanggung jawab serta toleransi dalam tiap aktivitas sekolah. Mempunyai anggapan, komentar ataupun kepercayaan yang berakibat negatif semacam:

Pemikiran yang membagikan label kalau banyak siswa yang bodoh, tidak belajar, malas.

Komentar yang melaporkan kalau orang tua siswa tidak hirau dengan pembelajaran putra- putrinya.

Anggapan yang melaporkan kalau orang tua siswa saat ini tidak hirau tentang pembelajaran.

Kultur sekolah tidak cuma bisa direfleksikan oleh bangunan raga semata tetapi pula oleh aspek psikologis yang bisa mengkondisikannya selaku tempat belajar siswa serta mengajar guru.

Pelaksanaan Nilai- nilai serta Agama

Selaku suatu organisasi, sekolah merupakan lembaga budaya yang tidak cuma membagikan pengajaran tetapi sangat berarti buat membagikan pembelajaran kepada segenap warganya. Para guru yang professional melaksanakan tugasnya buat mengajar, mendidik, membimbing, melatih, menggerakan apalagi memusatkan para siswa supaya nanti jadi manusia yang cendikia, mandiri serta berbudi pekerti luhur. Diharapkan siswa nanti hendak jadi generasi yang hendak turut dan membangun serta serta mengetuai bangsa. Sekolah suatu organisasi dengan demikian butuh membangun kultur sekolah yang baik, sehat, serta positif.

Dalam membangun kultur sekolah yang baik, sehat serta positif butuh didasari oleh pengakuan kalau manusia merupakan mahluk Tuhan Yang Maha Esa sehingga seluruh apa yang dicoba senantiasa diniatkan buat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa cocok dengan agama yang dianutnya. Kepercayaan serta nilai- nilai agama hendak membagikan arahan buat bekerja serta melaksanakan perbuatan yang diridhoiNya. Perihal ini hendak membagikan akibat positif kepada masyarakat sekolah supaya seluruh perbuatannya bisa dipertanggungjawabkan tidak cuma kepada manusia semata tetapi memperoleh nilai lebih di mata Tuhan Yang Maha Esa. Mengajar ialah upaya yang dicoba oleh guru buat membantu siswa belajar. Dalam proses pendidikan, siswalah yang jadi subyek, dialah pelakon aktivitas belajar. Supaya siswa berfungsi selaku pelakon aktivitas belajar, hingga guru sebaiknya merancang pendidikan yang menuntut siswa banyak melaksanakan kegiatan belajar sendiri ataupun mandiri. Perihal ini bukan berarti membebani siswa dengan banyak tugas, kegiatan ataupun paksaan- paksaan. Namun siswa belajar mandiri dengan materi- materi yang sudah diberikan supaya siswa lebih berminat dalam belajar serta tumbuh pikiranya dengan tujuan ilmu yang didapat secara mandiri berguna untuk masa depanya. Dalam pelaksanaanya kegiatan pendidikan yang mengaktifkan siswa bukan berarti guru tidak begitu banyak melaksanakan kegiatan, namun guru senantiasa member petunjuk tentang apa yang harus dicoba siswa, memusatkan, memahami, serta mengadakan penilaian ( Ibrahim& Nana, 2003: 27). Dengan demikian dalam sesuatu proses pendidikan siswa yang wajib aktif, guna guru cuma sebatas menolong, sehingga proses kemandirian belajar bisa tercapai. Kegiatan ialah prinsip ataupun asas yang sangat berarti dalam  interaksi pendidikan karena pada prinsipnya belajar merupakan berbuat buat mengubah tingkah laku. Tidak terdapat belajar jika tidak terdapat kegiatan. Dalam aktivitas belajar, subyek didik ataupun siswa wajib aktif berbuat. Dengan kata lain, kalau dalam belajar sangat dibutuhkan terdapatnya kegiatan( Sardiman, 2003: 95). Dalam proses kemandirian belajar siswa dibutuhkan kegiatan, siswa bukan cuma jadi obyek tapi subyek didik serta wajib aktif supaya proses kemandirian bisa tercapai. Hamalik( 2005: 175) pula menarangkan nilai kegiatan dalam pendidikan, ialah:

Para siswa mencari pengalaman sendiri serta langsung mengalami sendiri.

Beraktifitas sendiri hendak meningkatkan segala aspek individu siswa secara integral.

Memupuk kerjasama yang harmonis di golongan siswa.

Para siswa bekerja bagi atensi serta keahlian sendiri.

Memupuk disiplin kelas secara normal serta atmosfer belajar menjadi demokratis.

Mempererat ikatan sekolah serta warga, serta ikatan orang tua dengan guru.

Pendidikan dilaksanankan secara konkret sehingga mengembangkan uraian berfikir kritis dan menjauhi verbalitas.

Pendidikan di sekolah jadi hidup sebagaimana kegiatan dalam kehidupan di warga.

Kegiatan pendidikan kemandirian supaya bisa sukses membutuhkan keaktifan siswa dalam beraktifitas baik secara personal ataupun secara kelompok. Tidak hanya itu pula diperlukan ketertiban, uraian berfikir kritis, atensi serta kemampuan sendiri. Dalam beraktifitas pendidikan pula membutuhkan ikatan erat antara sekolah dengan warga, orang tua dengan guru. Diedrich( dalam Sardiman, 2007: 101) Mengatakan jenis- jenis aktivitas dalam belajar, yang bisa digolongkan selaku berikut:

Visual activities, yang tercantum di dalamnya memperhatiakan foto, melaksanakan percobaan, menjawab pekerjaan orang lain.

Oral activities, semacam: melaporkan, merumuskan, bertanya, memberi anjuran, menghasilkan komentar, mengadakan wawancara, dialog, interupsi.

Listening activities, selaku contoh: mencermati: penjelasan, obrolan, dialog, musik, pidato.

Writing activities, semacam misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat peta, diagaram, grafik.

Motor activities, yang tercantum didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

Mental activities, selaku contoh misalnya: menjawab, mengingat, membongkar soal, menganalisis, membuat ikatan, mengambil keputusan.

Emotional activities, semacam misalnya, menyimpan atensi, merasa bosan, gembira, bergairah, bergairah, berani, tenang, gugup.

Tipe kegiatan belajar sangat menunjang dalam perihal keterlaksanaan sesuatu proses pendidikan mandiri. Pendidikan kemandirian memerlukan sesuatu kektifan siswa semacam mengerjakan tugas, menjawab pekerjaan sahabat, mendengarkan uraian, melaksanakan  percobaan. Aktivitas adalah suatu proses kegiatan yang diikuti dengan terjadinya perubahan tingkah laku, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Menurut Rohani (2004) Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat, aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah, jika ada jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. 

Pendidikan akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas dalam penbentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.

Sekolah, adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya  mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat disekolah-sekolah. Hampir setiap orang menyukai situasi yang menyediakan pekerjaan. Hal ini dapat kita lihat misalnya anak kecil biasanya suka berlari, meloncat, berteriak, bermain, berpartisipasi, menari, mengembangkan hobi, membuat rencana. Ini berarti bahwa guru harus melihat dan memperhatikan siswa mana yang aktif dan kreatif sehingga perlu diberi kesempatan untuk aktif. Guru membantu siswa yang mendapat kesulitan atau suatu masalah. Ia memberikan petunjuk dan demonstrasi, melaksanakan karya wisata, survei, wawancara dengan warga masyarakat dan sebagainya (Hamalik, 2002).