Minggu, 15 September 2019
Pengalaman Bahasa
Sejak saya kecil dan mulai berbicara, saya sudah di ajarkan orang tua saya dan orang sekitar dengan bahasa ibu/pertama.Jika orang biasanya memanggil orang tua yang perempuan di panggil "ibu atau mama"kalau saya beda,saya memanggil orang tua perempuan saya dengan sebutan "emak".Di desa kami jika berbicara identik dengan huruf"E", karena kata musik pun seketika berubah menjadi musek, mobil=mobel, neh=ni, kitak=kalian.Dan sewaktu saya sekolah SD dan SMP pun jika berbicara sesama teman masih menggunakan bahasa ibu/pertama.Dan waktu saya SMA, saya sekolah di Sukadana yang jaraknya 30 menit dari rumah jika menggunakan sepeda motor.Waktu pertama saya masuk sekolah saya masih menggunakan bahasa ibu seperti kitak,neh.Dan saya tidak tahu bahwa di Sukadana bahasa berbicara agak berbeda sedikit dengan desa saya (Rantau Panjang)dan semenjak saya tahu agak berbeda jadi saya berbicara menyesuaikan dengan bahasa mereka.Saya itu kalau berbicara suka cepat.Jadi,sewaktu hari saya berkumpul dengan teman teman saya, jadi saya itu bercerita tentang desa saya dan tanpa sadar saya kecoplosan bilang"neh"jadi mereka itu bertanya dengan saya "neh"itu apa?"neh" itu "ni" kata saya.Jadi mulai sejak itu jika saya berbicara pasti teman saya mendengar dan meneliti kata kata saya, baik baik,jika saya berbicara muncul kata"neh"pasti ada teman saya yang menegurkan saya,dia bilang bukan"neh tapi ni". cerita selanjutnya, saya di kelas pas SMA punya teman. Biasanya kata teman teman yang cowok kami itu kubu 6 karena jumlah teman saya 6 orang.Jadi kami itu bercerita, entah bagaimana kata "musek" alias "musik"itu keluar seketika dari dalam mulut saya.Jadi teman teman saya tertawa mendengar bahasa saya yang "musek" itu, saya di tertawakan teman teman saya tidak pernah tersinggung karena saya tahu kalau mereka hanya bercanda.Dan sampai sekarang jika kami berkumpul atau chattingan di grup pasti yang di bahas itu "musek".Hari berikutnya di hari Minggu,kami berkumpul di pantai untuk makan makan bersama dan di situ ada lauk rebusan "daun singkong" atau bahasa Kayong nya "pucuk ubi"dan saya duduk di sebelah teman saya yang cowok,saking cepatnya saya berbicara saya kecoplosan lagi bilang"pucuk ubi"itu"Pucok ubi"jadi teman saya yang cowok itu tertawa, untung saja yang mendengar bahasa saya hanya dia sendiri, jadi teman saya itu jika bertemu dengan saya dia suka mengungkit masalah"Pucok ubi".Dan setelah lulus SMA saya melanjutkan pendidikan saya ke IAIN Pontianak, waktu PBAK saya bertemu dengan teman baru,jadi saya itu berbicara dengan teman saya,lalu teman saya itu bertanya kepada saya"Dari Kayong Utara ke?"jadi saya jawab"iye,kenape emang nye?"jadi katanya"logat bahasa Kayong nye". Dan di sini saya mendengar bahasa bahasa melayu dari berbagai daerah dan Alhamdulillah sedikit sedikit mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.Jadi menurut saya, bahasa ibu/pertama itu tidak bisa di hilangkan karena sudah sering kita ucapkan dari kecil hingga dewasa,biar pun kita berada di kota orang dengan bahasa yang berbeda beda tetapi kita tidak mungkin selamanya berada di kota tersebut dan pasti akan pulang ke desa masing-masing.
Langganan:
Postingan (Atom)